Rabu, 01 Mei 2013

Tugas Perekonomian Indonesia



Ekspansi BUMN
Korporasi BUMN Harus Ekspansif

JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen badan usaha milik negara (BUMN) kini harus bekerja lebih cerdik, untuk meningkatkan kapitalisasi bisnis mereka. Pemerintah sebagai pemilik modal mengurangi target setoran deviden, dengan syarat BUMN harus lebih ekspansif. Demikian disampaikan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, di Jakarta, Minggu (14/8/2011).
Dalam laporan kinerja Kementerian BUMN Semester I-2011, pendapatan BUMN tercatat Rp 646,1 triliun atau naik 22,3 persen dari Rp 528 triliun pada Semester I-2010. "Target deviden tahun 2011 tetap seperti tahun 2010 yaitu Rp 27,5 triliun, sehingga persentasenya akan mengecil karena keuntungan bertambah. Ini kebijakan kami untuk memberi kesempatan kepada BUMN, agar bisa lebih banyak berinvestasi dan ekspansi," ujar Mustafa. Perekonomian nasional yang tumbuh positif, ditambah dengan kenaikan harga komoditas perkebunan dan tambang, membuat kinerja sejumlah BUMN cukup cemerlang. Posisi BUMN, yang memiliki total aset Rp 2.656,4 triliun, dalam perekonomian nasional memang cukup strategis.
Contohnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), meski baru 18 BUMN yang menjadi perusahaan terbuka atau 4 persen dari 428 perusahaan yang tercatat di bursa, nilai kapitalisasi pasar sudah mencapai 25,9 persen. Saat ini, kapitalisasi pasar 18 BUMN di BEI bernilai Rp 862 miliar. Lima BUMN masih tercatat sebagai penghasil pendapatan tertinggi, yakni Pertamina (Rp 223,2 triliun), PLN (Rp 78,6 triliun), Telkom (Rp 34,2 triliun), BRI (Rp 20,9 triliun), dan Bank Mandiri (Rp 19,8 triliun).
PT Aneka Tambang Tbk, yang mengelola pertambangan emas dan mineral lainnya di beberapa lokasi, mencatat kenaikan pendapatan tertinggi dari 26 BUMN terbesar, yaitu Rp 4,8 triliun atau naik 247 persen dari semester I-2010. Adapun kenaikan laba bersih tertinggi dibukukan Perum Bulog, yang berbisnis pangan, sebesar Rp 892,9 miliar atau naik 612,5 persen.
Menteri BUMN berharap, manajemen BUMN memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi yang positif untuk memperluas bisnis mereka. Investasi baru seperti pembangunan pabrik, peningkatan kapasitas produksi, atau perluasan jaringan pelayanan akan menimbulkan efek domino positif bagi perekonomian.Kementerian BUMN juga terus mempersiapkan sejumlah BUMN yang telah mapan, untuk masuk ke bursa saham secara bertahap. Perum Pegadaian saat ini tengah menjalani proses peningkatan status menjadi perseroan terbatas, untuk memudahkan masuk ke pasar modal tahun 2012 nanti bersama Semen Baturaja.
"Jadi, deviden dikurangi tetapi diberi kesempatan untuk investasi lagi, lalu sebagian dari deviden digunakan untuk pengembangan usaha BUMN yang bersangkutan. Hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi, berkat pengembangan usaha dan pengembangan kesempatan kerja sehingga penerimaan pajak bisa meningkat," ujarnya. Kontribusi proyek Berbagai rencana ekspansi BUMN, juga akan diselaraskan dengan rencana induk percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia yang telah dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir Mei lalu.
Sampai dengan Juni 2011, BUMN sudah menginvestasikan Rp 53,9 triliun, 1 miliar dollar AS, dan 35 miliar yen, untuk tahap awal berbagai proyek berkait program pemerintah tersebut. Mustafa mencontohkan, beberapa proyek yang sudah dimulai adalah pembangunan pabrik baja kerjasama Krakatau Steel dan Posco dari Korea Selatan, pembangunan jaringan telekomunikasi Telkom, serta pembangunan pabrik alumina di Kalimantan Barat kerja sama PLN dan Antam.
Sejumlah BUMN masih terus menyiapkan pemancangan proyek senilai Rp 126,7 triliun dan 577 juta dollar AS semester II-2011, sampai kuartal pertama tahun 2012.Berfikir investor Secara terpisah, pengamat ekonomi Yanuar Rizky mengatakan, sudah semestinya pemerintah lewat BUMN berpikir sebagai investor, bukan saudagar (trader) yang selama ini memiliki fundamental semu. Perubahan cara pandang ini dapat semakin memperkuat keunggulan teknik beberapa BUMN, sehingga dapat mencegah pelemahan teknik.
Penyerapan tenaga kerja, peningkatan daya beli, dan menciptakan infrastruktur perekonomian yang memperkuat daya tahan suplai perekonomian harus menjadi fokus. Pencapaian hal ini akan menambah peredaran uang riil di masyarakat dan tidak sekadar berputar-putar di pasar uang. Dengan demikian, sektor ekonomi riil pun bergerak berkat kenaikan konsumsi yang bisa meningkatkan penerimaan pajak. Yanuar mengingatkan, BUMN jangan terlena dengan kenaikan laba saat ini. Peningkatan laba saat ini lebih disebabkan arus kas nonoperasional, ketika pendapatan dan laba meningkat lebih dipicu kenaikan harga dan penurunan harga bahan baku akibat penguatan nilai tukar rupiah.Perusahaan harus cermat memanfaatkan laba mereka untuk menanamkan pada investasi yang fundamental. Dengan demikian, perusahaan tetap memiliki peluang pertumbuhan positif masa depan sehingga menjadi lebih kokoh saat perekonomian global terguncang.
Editor :
Agus Mulyadi
Korporasi.BUMN.Harus.Ekspansif

Komentar:
Nurul Mya Pangastuti
Menurut saya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah memiliki prestasi yang sangat bagus. Karena setiap tahunnya pendapatan BUMN terus meningkat, dan meiliki target setiap tahunnya, serta BUMN dalam perekonomian indonesia juga sudah cukup strategis. Perusahaan harus cermat memanfaatkan laba mereka untuk menanamkan pada investasi yang fundamental. Dengan demikian, perusahaan tetap memiliki peluang pertumbuhan positif masa depan sehingga menjadi lebih kokoh.

Tugas Softskill



“Ekonomi Kerakyatan Sesuai Kultur Indonesia”

Penulis : Erlangga Djumena | Kamis, 15 Januari 2009 | 14:19 WIB
JAKARTA, KAMIS - Mubyarto Institute akan mengembangkan konsep ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan kultur bangsa dan diharapkan bisa mengikis dominasi sistem liberalisme dari perekonomian Indonesia.Ketua Muyarto Institute, DR Noer Soetrisno, dalam konferensi pers peresmian Mubyarto Institute di Jakarta, Kamis (15/1), mengatakan selama puluhan tahun kebijakan ekonomi Indonesia berkiblat pada sistem liberal yang belum tentu sesuai dengan kultur budaya Indonesia. "Penerapan sistem ekonomi liberal hanya menguntungkan beberapa gelintir orang saja, sedangkan sebagian besar rakyat Indonesia semakin terpinggirkan," katanya.Menurut dia, sistem liberalisme telah membiarkan berkembangnya ekonomi konglomerasi yang nyaris tidak mampu mengatasi kesenjangan perekonomian masyarakat Indonesia.
Dengan terjadinya krisis global yang terjadi pada saat ini, di mana sistem ekonomi liberalisme terbukti tidak mampu mengatasinya, maka saatnya ekonomi berbasis kerakyatan ini dikembangkan.Untuk itu, lanjutnya, pengembangan ekonomi kerakyatan yang merupakan pengembangan perekonomian lokal tradisional, tidak hanya sesuai dengan karakter bangsa, namun juga terbukti bertahan dari terpaan krisis global.Menurut Noer Soetrisno, ekonomi rakyat pada dasarnya harus dikembangkan menjadi jiwa dari kebijakan perekonomian nasional. Dia menjelaskan bahwa ekonomi rakyat dalam kerangka ekonomi Pancasila hendaknya dapat dikembalikan dengan menjadikan pertanian sebagai penjuru kebijakan perekonomian.Pengembangan perekonomian berbasis lokal merupakan soko guru perekonomian nasional, sehingga potensi-potensi ekonomi lokal yang sesuai dengan karateristik wilayah masing-masing menjadi daya tahan yang tangguh dan berkelanjutan.
Sedangkan Ketua Yayasan Mubyarto, Drs Dumairy dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa pendirian Mubyarto Institute ini untuk melanjutkan konsep ekonomi kerakyatan dengan mengkaji rumusan teoritis akademisnya dan akan menjabarkan pada penerapan praktisnya.Mubyarto Institute ini melanjutkan pemikiran dari almarhum pakar ekonomi Prof Mubyarto yang mengembangkan cita-cita luhur Bung Hatta.Mubyarto telah merepresentasi bahwa istilah ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi menurut para pendukungnya bukanlah kooptasi dan pengkerdilan usaha mayoritas rakyat Indonesia, tetapi merupakan kegiatan produksi dan konsumsi yang dilakukan oleh semua warga masyarakat dan untuk warga masyarakat, sedangkan pengelolaannya di bawah pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat sendiri.

Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/01/15/14191238/
Ekonomi.Kerakyatan.Sesuai.Kultur.Indonesia



Komentar:
Nurul Mya Pangastuti
Menurut saya, memang sudah semestiya indonesia mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan kultur bangsa indonesia karena sistem ekonomi kerakyatan merupakan pengembangan perekonomian lokal tradisional, tidak hanya sesuai dengan karakter bangsa, namun juga terbukti bertahan dari terpaan krisis global.