BBM Naik,
Anggaran Negara Tetap Boros
- Rabu, 22 Mei 2013 | 07:50 WIB
JAKARTA,
KOMPAS.com — Mulai Rabu
(22/5/2013) ini, pemerintah dan DPR akan membahas Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013. Berdasarkan data yang diterima KONTAN,
calon revisi beleid anggaran negara ini memperlihatkan defisit nan menganga
serta memberi sinyal pesimisme pemerintah.
Mari kita
bedah dari sisi penerimaan. Pemerintah menurunkan target penerimaan negara
sekitar Rp 41 triliun. Target semula APBN 2013 adalah Rp 1.529 triliun, kini
dipangkas menjadi Rp 1.488 triliun.
Dari sisi
belanja, alokasinya naik Rp 39 triliun dari Rp 1.683 triliun menjadi Rp 1.722
triliun. Alhasil defisit anggaran perubahan naik Rp 80 triliun dari Rp 153
triliun menjadi Rp 233 triliun.
Niat
pemangkasan anggaran subsidi energi tidak tecermin dalam RAPBNP 2013. Anehnya,
subsidi energi dan anggaran belanja pemerintah tetap melonjak.
Mari kita
lihat alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Meski pemerintah berniat
menaikkan harga jual bensin menjadi Rp 6.500 dan solar menjadi Rp 5.500 per
liter, plafon subsidi BBM tetap saja naik Rp 16,11 triliun. Anggaran subsidi
listrik juga Rp 19,04 triliun meski tahun ini tarif listrik naik sudah sebesar
15 persen. Jadi, buat apa menaikkan harga BBM subsidi, ya?
Herry
Purnomo, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, kemarin, menjelaskan,
kenaikan anggaran belanja sekitar Rp 39,03 triliun sebagian besar untuk
memenuhi kebutuhan dana subsidi energi dan dana kompensasi kenaikan harga BBM.
Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Bambang Brodjonegoro,
menambahkan, kuota BBM subsidi ditambah dari 46 juta kiloliter (kl) menjadi 48
juta kl sehingga dana subsidi BBM naik.
Secara umum,
RAPBNP 2013 menyiratkan pesimisme pemerintah menghadapi tahun ini. Lihat saja,
asumsi pertumbuhan ekonomi dipangkas dari 6,8 persen (APBN 2013) menjadi 6,2
persen (RAPBNP). Di sisi lain, proyeksi inflasi dinaikkan dari 4,9 persen ke
7,2 persen.
Akibat
pemangkasan asumsi pertumbuhan ekonomi, penerimaan negara dari pajak dan bea
cukai turun Rp 53,6 triliun, dari Rp 1.193 triliun menjadi Rp 1.139 triliun.
Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, melihat pemerintah memiliki beberapa
peluang mengisi kas negara, di antaranya memburu wajib pajak baru dari kalangan
perorangan.
Selain itu,
penerbitan surat utang negara bisa menjadi pilihan untuk menambal kekurangan
anggaran negara. Hitungan Kementerian Keuangan, perlu sekitar Rp 60 triliun
tambahan surat utang baru.
Namun, yang
harus diingat pemerintah, inflasi berpotensi naik menjadi 7,2 persen dan
menjadi patokan pembeli obligasi negara untuk meminta bunga tinggi. Lagi-lagi
negara harus menggali utang berbunga mahal dan ujungnya pembayar pajak yang
harus menanggungnya. (Herlina KD, Asep MZ, Anna SP, Herry Prasetyo/Kontan)
Editor :
Erlangga Djumena
Komentar :
Nurul Mya
Pangastuti
kenaikan
anggaran belanja sekitar Rp 39,03 triliun sebagian besar untuk memenuhi
kebutuhan dana subsidi energi dan dana kompensasi kenaikan harga BBM. Secara
umum, RAPBNP 2013 menyiratkan pesimisme pemerintah menghadapi tahun ini. Lihat
saja, asumsi pertumbuhan ekonomi dipangkas dari 6,8 persen (APBN 2013) menjadi
6,2 persen (RAPBNP). inflasi berpotensi naik menjadi 7,2 persen dan menjadi
patokan pembeli obligasi negara untuk meminta bunga tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar